English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 17, 2009

Review Kabupaten Alor

Perjalanan ke kabupaten Alor pada tanggal 11 Maret 2009, menggunakan Transnusa (Riau Airlines) membutuhkan waktu 40 menit dari Kupang ke Kalabahi. Kabupaten dengan 9 kecamatan dimekarkan menjadi 17 kecamatan yang cukup luas tetapi kesan masih banyak yang perlu dibenahi, dan masih sangat membutuhkan jamahan teknologi dan juga perbaikan infrastruktur. Kantor Bupati sementara dibangun terlihat pada gambar masih ada kegiatan demi memperbaiki infrastruktur dan tatanan pemerintahan daerahnya.
Pada saat tiba Konsultan Kabupaten Alor Bp Markoni (Pendidikan), Ibu Ellen (Kesehatan) dan Bp Nelis (Infrastruktur) sudah menyempatkan waktu di kantor P2DTK yang terletak di pinggir jalan besar, kami bersama melihat dari dekat salah satu proyek infrastruktur yaitu pembukaan jalan baru di Kecamatan Kabola sepanjang kurang lebih 7 km, dimana melintasi kebun dan lahan penduduk setempat, seyogyanya ada kompensasi bagi pemakai lahan untuk kebutuhan hidup sehari2, dan akan diusulkan oleh Pengawas proyek ke PemKab Alor.
Setelah itu kami menuju kegiatan lainnya di Kecamatan Teluk Mutiara yaitu pembangunan RKB yang saat ini sementara berlangsung pengerjaannya. Harapan dari Pemerintah dan usul konsultan setempat, untuk pencairan apa bisa dilakukan hanya 3 kali, perhitungan tempat dan biaya yang dikeluarkan, juga proses pengerjaan yang dinilai akan segera selesai dalam bulan Maret ini juga.
Pada saat tiba di Alor, kami juga melakukan pertemuan dan koordinasi dengan Bappeda setempat, KM Kab Alor, Konsultan PSS Bp Machris, PPK Bp Marthen Hitikana Bappeda, Bp Aminudin Mira UPKD Dinas Pendidikan, Bp Abdul Djalal UPKD Kimpraswil, dan Bp Dominggus Prakameng Wakil UPKD Dinas Kesehatan. Saat ini BLM Proses tahap 2 juga Kesehatan dan Pendidikan tahap 1 sementara dicairkan ke KPPN Kupang, agak terhambat karena masalah SK SATKER yang dibuat tahun 2008 belum diperbarui, saat ini semua dinas sementara disibukkan dengan acara palantikan Bupati Alor terpilih yang direncanakan pada tanggal 16 Maret 2009 oleh Gubernur NTT, sehingga praktis semua perhatian tercurah, tetapi kami dapat bertemu dan bertukar pandangan di ruang pertemuan Bappeda. Progress Infrastruktur secara keseluruhan sudah mencapai 30% sd 60%, Pendidikan dan kesehatan pada level 30%.
Kegiatan Bidang Kesehatan yang coba kami tanyakan yang mungkin menjadi contoh pemberdayaan adalah Pelatihan Perawatan bayi dan wanita yang memang sangat dibutuhkan tenaga mereka. Pemberdayaan merupakan pola yang harus dibangun bagi semua sektor, saat diperjalanan kami bertemu dengan Ibu Anne Boucard-Lechat seorang Project Advisor untuk Swiss Foundation, disarankan kami bisa menemui Ibu Merry Gorangmau-Pulingmahi untuk menggali lebih jauh mengenai masalah gender di Kabupaten Alor, tetapi sayangnya ybs sementara sibuk mengurus persiapan Pelantikan Bupati Senin depan. Untuk bidang kesehatan ada kegiatan fogging yang dilakukan pada 6 kelurahan kota, sementara yang dibutuhkan lebih dari itu untuk bisa dilakukan serempak tetapi karena keterbatasan anggaran.
Untuk bidang Pendidikan ada 12 kegiatan yang didanai, salah satunya adalah Kelompok Kerja Guru, dimana yang bersangkutan bisa mengikuti selama 16 kali pertemuan baru bisa layak menjadi seorang guru. Tetapi juga karena keterbatasan anggaran yang ada, sementara dilakukan sesuai alokasi.
Pada kesempatan berikutnya, kami difasilitasi KM Kab dan juga tokoh masyarakat Bp Niko dan Pdt Denny untuk bisa bertatap muka dengan Bupati Alor terpilih Bp Simeon Th Pally di kediaman beliau dan kami diterima dengan sangat ramah, adapun yang kami serahkan adalah buku Pedoman umum P2DTK dan DIPA-L juga DIPA 2009 sebagai bukti keberadaan kami pada program P2DTK. Untuk alokasi PAP sebesar Rp. 137.164.500 mendampingi bantuan DOK dan BLM P2DTK beliau menyampaikan, setelah pelantikan, akan diusulkan untuk di tambahkan sebagai tanda begitu perhatian dan kemauan mendampingi program kami. Beliau sempatkan untuk meminta KM Kab Alor bersedia menghubungi beliau kapan saja jika ada hal yang sangat urgen untuk disampaikan, saya fokuskan untuk masyarakat, karena ini adalah kepentingan masyarakat, dibuktkan, dengan kedatangan kami mendadakpun tidak merupakan satu masalah untuk bertatap muka dengan beliau, tanpa adanya prosedur yang rumit dan berbelit. Setelah menyampaikan secara singkat perkembangan Program P2DTK yang merupakan bantuan Bank Dunia secara merata pada setiap level Kabupaten dan Kecamatan, diperlukan adanya kerjasama yang harmonis antara Pemerintah dan Konsultan P2DTK. Kami juga menyampaikan pentingnya dilakukan sosialisai Siklus 3 pada Kabupaten Alor, diharapkan pada bulan Maret ini dapat berlangsung. Terima kasih kami kepada Bp Simeon, Bp Niko, Bp Denny, KM Kab Alor, Supporting Staff sehingga maksud dan tujuan kami melakukan penguatan kapasitas dan pendekatan pemahaman progress dapat berjalan baik di Alor.

MTR Kab Belu, Atambua

Pada saat yang bersamaan rombongan ke Kabupaten Belu, Atambua sedikit terhambat karena jembatan yang biasa dilalui terputus karena banjir, sehingga perjalanan yang bisa ditempuh 6 jam menjadi 9 bahkan 11 jam perjalanan dari Kupang. Jalur alternatif yang dilalui berlumpur tebal, tetapi bisa dilalui dengan baik dan tiba di Atambua, ibukota Kabupaten Belu.
Pada tanggal 18 Februari 2009 kami menghadiri Musyawarah Pendanaan yang dihadiri Ketua BAPPEDA Kabupaten Belu, PPK, para Camat dan juga unsur masyarakat, hasil kajian teknis yang telah dilakukan mendapat tanggapan aktif dari masyarakat yang menghadiri.
TV Belu yang aktif mengikuti acara Musyawarah Pendanaan ini ikut mewawancarai NMC Bp Dadang dan WB Ibu Purri yang hadir saat itu, juga ikut hadir Bp Basuki dan Bp Ketono, hasil yang akan dicapai tergantung pada pembiayaan proyek yang dijalankan dan diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat sesuai usulan yang akan didanai. Pengembangan sektor swasta dalam hal ini penyulingan minyak nilam mulai diminati terutama karena harga jual minyak nilam berkisar antara 250 ribu - 900 rb per liter sesuai dengan kualitas hasil penyulingan itu sendiri

Acara diteruskan dengan menggali potensi sumber Sektor swasta yang telah ada, dengan peran Koordiantor PSS dan juga Konsultan PSS Kab Belu yang mengantar kami menemui salah satu pengusaha Minyak Nilam, terletak di Kecamatan Lasiolat, jarak tempuh dari kota Atambua selama 1,5 jam. Adapun fasilitas tersebut sudah berproduksi selama ini, dan menunggu pembelian oleh pengusaha dengan harga yang baik. Saat berbincang kami sempat meninjau lokasi tersebut dan responden yang juga yang mengelola Penyulingan tersebut menceritakan dari mulai proses penanaman, jangka waktu pemeliharaan dan juga sampai minyak nilam diperoleh. Data dari responden yang dipilih secara selektif dari beberapa jenis usaha yang telah dikembangkan di Kabupaten Atambua memperlihatkan bahwa usaha untuk meningkatkan pendapatan dari masyarakat di desa sudah ada, tetapi masih banyak kendala seperti modal, harga jual, transportasi, komunikasi dan juga kemampuan menjual yang perllu ditingkatkan. Dengan adanya pengalaman ini kami harapkan Sektor Swasta dapat digali lebih dalam untuk memperoleh 'minyak nilam' yang lain. Perjalanan ini, kami ditemani oleh PPK Bp Mamiek dengan tujuan mencapai dan menyentuh Sektor Swasta yang mungkin bisa dikembangkan sehingga dapat dibiayai oleh P2DTK, kami harapkan peran aktif semua pelaku yang saat ini memperjuangkan P2DTK sehinggan dapat berjalan sesuai dengan harapan kita, baik kualitas maupun ketepatan waktu. Bidikan kamera Bp Basuki menunjukkan keceriaan anak2 yang berkumpul di tengah perjalanan dari Kec Lasiolat kembali ke Atambua, semoga P2DTK juga memancarkan keceriaan seperti anak-anak tersebut. Salam

MTR (Mid Term Review)

Kuntari : Ingat, Beasiswa di P2DTK Bukan Seperti BLT
Dua pekan silam, tepatnya tanggal 16 – 21 Februari 2009 Bank Dunia dipimpin Task Team Leader (TTL) Sri Kuntari melakukan Mid Term Review P2DTK di Kab. TTS dan Kab. Belu, NTT. Tim MTR dibagi 2, untuk ke Kab. TTS , Kuntari didampingi Korprop NTT M. Jamaludin dan David Taopan (HCU) serta Yoyok (PIU), Dodi (PMU) dan Widodo (NMC). Sedangkan ke Kab. Belu, Purri (WB) , Ambar (WB), Paddy (WB) didampingi Herman J. Banoet (PMC) serta Basuki (PMU), Nursalim (PIU) Dadang Sudradjat (NMC) dan TL NTT 2 Rivai serta Konsultan PSS Yans.
Sebelum ke TTS, tim MTR Bank Dunia berkesempatan bertemu dengan TK Prop Yulius Subianto Riwu (Sek Bappeda). “Ada tiga hal yang penting dari MTR ini, desain program, legal aspec dan implementing, dan yang lebih penting accountability pelaksanaannya”, ujar TTL Bank Dunia kepada TK Prop sekaligus ijin kelapangan. Selanjutnya Kuntari juga mengingatkan komitmen TK Prop untuk selalu mendukung program termasuk penyiapan dana PAP Propinsi.
Di Kab. TTS, sebelum terjun kelapangan tim berkesempatan bertemu dengan Satker dan PP Komitmen dan sejumlah UPKD. Sementara di kecamatan Polen yang merupakan salah satu target kunjungan, ditemukan beberapa permasalahan antara lain; ketika memeriksa accountability pada UPK dan proses pemberian Beasiswa yang nyaris seperti pemberian BLT. “ Ingat, Beasiswa di P2DTK bukan seperti BLT, ini beda sekali, karena itu perlu dikaji ulang, lakukan musyawarah khusus dan undang kembali stakeholders yang terlibat dalam kegiatan ini” tegas Kuntari kepada FK Polen, Luther Karamoy yang didampingi DMC dan PMC. Ditegaskan pula, DMC dan PMC juga harus dapat memberikan arahan kepada FK bagaimana seharusnya kriteria, persyaratan dan target beasiswa termasuk sangsi jika sipenerima beasiswa tidak rajin kesekolah.
Ditempat lain ketika menyaksikan pelaksanaan pekerjaan jalan sepanjang 3,5 KM di Kecamatan Oenino yang diswakelolakan, terbersit kesan cukup memuji meski pelaksanaan pekerjaan baru 60 %, terutama melihat antusias masyarakat dalam bekerja disamping manfaatnya terhadap pengguna jalan. “ Sekarang oto su bisa lewat bapa”, ujar seorang warga dengan bangganya kepada Yoyo dari PIU. Ditempat terpisah ketika Dodi (PMU) menanyakan kepada TPK soal adminsitrasi pembukuannya, terkesan sudah cukup baik hanya perlu pembenahan sedikit saja. “ Yang penting pembayaran HOK nya harus ada tandatangan penerima, kalau tidak bisa tandatangan, dengan cap jempol juga boleh” tegas Dodi kepada ketua TPK sambil mencoba menggigit sirih suguhan khas Timor.
Sekembalinya dari lapangan, TTL Bank Dunia sempat bertemu dengan Ketua Bappeda TTS Yan Tanaem dan berpesan agar kekurangan yang terjadi dilapangan terutama accountability agar diperbaiki segera.
Menjelang pulang sore hari ke Kupang, tim MTR sempat mampir di kantor DMC. Disela-sela minum black kopi, TTL Bank Dunia sempat mengingatkan agar administrasi kantor DMC dan filing tetap dijaga untuk bukti hasil pekerjaan. Beberapa pertanyaan sempat terlontar dari DMC terutama menyangkut soal bagaimana seharusnya sikap menghadapi Dinas terkait dalam rangka menjaga kualitas pekerjaan. “Disitulah peran anda sebagai konsultan, harus profesional dan harus mampu memverifikasi setiap usulan yang disampaikan, kalau itu (red-verifikasi) dijalankan dengan baik tentunya anda akan dihargai oleh Dinas” tandas bu Kuntari kepada Eko Pudjono (KM Infrastruktur), Andi A (KM Kesehatan) dan Benny (KM Pendidikan) sambil pamit lalu foto bersama.(jml)