English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, July 14, 2010

OE NA’KNINO ONLE’ NINO!

( Air sudah Jernih seperti Cermin! )

Oleh : Desem. I.G. Tlonaen, S.IP
(Fasilitator Kecamatan Oenino Kab. TTS)

Pemberian nama pada suatu tempat sebenarnya tidak terlepas dari latar belakang sejarah terbentuknya tempat/wilayah tersebut. Lazimnya pemberian nama pada suatu tempat selalu dihubungkan dengan sebuah peristiwa atau sesuatu yang terkesan yang dialami oleh seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun sehingga menjadi kebiasaan yang disebut terus-menerus.
Secara Harafiah kata Oenino terdiri dari dua kata yaitu Oe dan Nino. Oe berarti Air dan Nino artinya Cermin. Ada versi yang mengatakan bahwa Nino itu berasal dari kata Knino yang berarti jernih. Jadi Oenino berarti Air seperti Cermin atau Air Jernih. Ada pula yang mengatakan bahwa Oenino sesungguhnya berasal dari sebuah sumber mata air yang konon sangat jernih bahkan bisa dipakai untuk bercermin, tetapi sekarang tinggal nama.

Desa Oenino adalah salah satu dari 7 (tujuh) desa di Kecamatan Oenino dan merupakan pusat Kecamatan Oenino, untuk itu di desa tersebut telah dibangun berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan pemerintahan di seluruh wilayah Kecamatan Oenino seperti Kantor Kecamatan, Puskesmas, Sekolah, Lapangan, Gereja dan lain sebagainya. Setiap orang yang sedang bertugas atau sedang tinggal di Oenino baik kecil-besar, tua-muda, laki-perempuan kalau ditanya apa permasalahan paling utama yang ada di Oenino semuanya pasti menjawab “Kekurangan Air.” Jika warga Oenino hendak mengambil air maka harus menempuh jarak sekitar 2 km dengan topografi yang memprihatinkan karena Sumber Air berada di bawah gunung atau dibagian terendah dari lokasi Permukiman warga. Sumber air yang diandalkan juga kadang kering jika musim kemarau berkepanjangan, jika sumber air tersebut bertahan kondisinya sangat kotor dan sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi. Dari Hasil Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan yang dilakukan oleh Fasilitator Desa Oenino ternyata permasalahan ini sudah berlangsung cukup lama, selama ini juga pemerintah sudah cukup mengupayakan solusi tetapi kondisi alam memang tidak kondusif untuk ketersediaan Sumber Air.
Lorens Boimau Seorang Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa pada Kantor Kecamatan Oenino mengakui bahwa “Dinas Permukiman pernah melakukan survei untuk jaringan Pipanisasi ke Wilayah Desa Oenino tetapi semuanya tidak memenuhi syarat karena berada di bawah gunung dan debit airnya sangat kecil.” Kesulitan Air ini dialami baik musim panas maupun musim hujan, sumur yang digali sampai puluhan meter juga tidak ada airnya, Bantuan Pemerintah untuk Sumur Bor juga tidak berhasil karena kurangnya debit air yang bisa memenuhi kebutuhan seluruh warga Desa Oenino. Dalam Kondisi mendesak mereka harus “ojek air” yaitu mengambil pakai motor di Desa Puna Kecamatan Polen atau dengan membeli air dari kendaraan tangki dengan harga 15 ribu/drum, “itupun tidak setiap hari ada, kadang seminggu sekali“ ujar Iche Ledho seorang Ibu Rumah Tangga. Permasalahan kekurangan air ini sudah menjadi trend bagi mereka yang tinggal di Oenino, baik termasuk para Pegawai yang bertugas di Kantor Kecamatan Oenino. Jangan heran kalau di wilayah Kantor Camat dan Puskesmas tidak ada satu pun Pegawai yang tinggal menetap di sekitar Rumah Dinas yang sudah disediakan, “Semua pegawai setelah keluar kantor pasti pulang rumah karena air disini sangat susah,” Ujar Elimelek Fa’ot, SH, Sekretaris Camat (Sekcam) Oenino.

Perlu diketahui bahwa sebagian besar PNS yang bertugas di Kantor Camat Oenino dan Puskesmas Oenino bertempat tinggal di SoE dan Niki-Niki sekitar 20 – 30 km dari Desa Oenino. Hal ini tentu akan berdampak pada pelayanan pemerintahan maupun pelayanan Kesehatan, seorang masyarakat Oenino, Zat Nomleni berkomentar bahwa “Orang Oenino yang mau sakit lebih baik sakit siang saja, jangan sakit malam karena petugas tidak ada waktu malam, semua pulang ko tidak ada air na…” Katanya sambil tertawa.
Pada saat Musyawarah Desa Penetapan Kebutuhan ada beberapa usulan yang menjadi prioritas yaitu Pipanisasi, Sumur Bor dan Perlindungan Mata Air. Selanjutnya Tim Kajian Teknis Kecamatan Oenino yang turun untuk melakukan kajian terhadap usulan-usulan tersebut ternyata untuk Jaringan Pipanisasi semua Sumber Mata Air yang disurvei dinyatakan tidak layak karena debit air kecil dan berada di bawah Pemukiman Masyarakat, selain itu juga akan membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga tidak dapat didanai dari BLM Kecamatan Oenino. Sedangkan untuk usulan Sumur Bor sementara ini ada beberapa Program Bantuan Luar Negeri yang sedang melakukan survei dan penelitian untuk mencari lokasi Sumur Bor yang tepat untuk menjawab pergumulan Masyarakat Desa Oenino. Pada akhirnya pilihan Intervensi Tim Kajian Teknis yang tepat untuk menjawab permasalahan Air di Desa Oenino adalah Perlindungan Mata Air sebanyak 5 (lima) buah mata air, dan usulan ini lolos sebagai Prioritas pada Musyawarah Kecamatan Perangkingan sehingga didanai dari BLM Kecamatan Oenino.

Hal ini disambut gembira oleh masyarakat Oenino, Kegiatan Perlindungan 5 (lima) buah Mata Air dilakukan pada Mata Air Oesuna, Oebone, Oetanua, Oefatu dan Oenaek. Kegiatan yang menghabiskan anggaran Rp. 24.929.000 ini, sesungguhnya tidak menjawab permasalahan air di Desa Oenino secara menyeluruh namun kegiatan ini setidaknya sudah menjawab salah satu kebutuhan mendasar masyarakat desa Oenino yaitu air yang bersih dan layak dikonsumsi oleh Masyarakat Oenino, hal ini diaminkan oleh Agustinus Fina, Kepala Desa Oenino bahwa “Saya berterima kasih kepada Program P2DTK walaupun sedikit tetapi masyarakat sudah senang karena air yang mau diambil tidak perlu disaring dan dibersihkan lagi dari kotoran, air yang kotor itu dapat menyebabkan penyakit.” Hal senada juga diungkapkan oleh Naomi Liufeto, salah satu Ibu Rumah Tangga yang dimintai kesannya saat Musyawarah Serah Terima. “kalu na’ul hai oenu naheun noka klofo’ nok hau no, P2DTK tam nem paloil hai oe, ma muni le’i hai oe nak nino onle’ nino, het nao taheun oe ka lo fa, fain tem labah" (kalau hujan sumber air selalu penuh lumpur dan daun, kehadiran P2DTK membuat air jadi bersih dan jernih seperti cermin, sekarang kalau mau timba air tidak berlama-lama lagi. Sampai, timba, langsung pulang!).

Yusuf Fina salah satu Tokoh Adat di Desa Oenino mengungkapkan bahwa sesungguhnya Oenino (artinya : Air Jernih/Bening seperti Cermin) adalah sebuah Kerinduan dan Harapan dari para pendahulu desa ini agar suatu saat nanti di tempat ini ada/tersedia air yang jernih dan bening seperti cermin untuk dapat dikonsumsi oleh Masyarakat yang tinggal di tempat itu kelak…
Walaupun Program P2DTK belum dapat mendekatkan air ke wilayah Permukiman Masyarakat tetapi setidaknya P2DTK sudah sedikit membantu membuat/menjaga air menjadi jernih dan tetap bening melalui 5 (lima) Bangunan Perlindungan Mata Air di Desa Oenino.