English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, September 2, 2011

Kunjungan BAPPENAS & KPDT di Kabupaten TTS Provinsi NTT


15-16 Agustus 2011


Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada tanggal 15 – 16 Agustus 2011 kembali mendapat kunjungan dari BAPPENAS dan KPDT. BAPPENAS diwakili oleh Bp. Samsul Widodo, Ibu Rayi dan Bp. Sasli Rais (PMU). Dari KPDT diwakili oleh Ibu Ekatmawati dan Ibu Ritna.

Adapun maksud kunjungan bersama ini adalah Sinkronisasi antara Program-Program Pemerintah yang dilaksanakan di Kabupaten TTS seperti, PRUKAB, Bedah Desa, DAK dan P2DTK karena mekanisme Program yang hampir sama. Melalui Koordinator Konsultan P2DTK Provinsi NTT, Bp Herman J. Banoet, kami diminta berkoordinasi dengan KM Kabupaten TTS dan Tim Koordinasi (SATKER) P2DTK Kabupaten TTS untuk menentukan lokasi-lokasi penerima bantuan PRUKAB, Bedah Desa, DAK dan P2DTK yang jaraknya berdekatan atau berada pada satu lokasi (Desa).

Tanggal 14 Agustus 2011, ± jam 20.00 WITA Bp Sasli Rais dari PMU BAPPENAS tiba lebih dulu di Kupang. Sedangkan rombongan berikutnya, Bp Samsul Widodo, Ibu Rayi (BAPPENAS), Ibu Ekatmawati dan Ibu Ritna (KPDT) direncakan tiba pada tanggal 15 Agustus 2011. Karena kunjungan kali ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan, maka setelah check in di Hotel kami mengajak Pak Sasli untuk buka bersama, sambil koordinasi untuk kunjungan ke Kabupaten TTS.

Senin pagi jam 08.00 WITA, tanggal 15 Agustus 2011 kami sudah berkumpul di Kantor PMC untuk mempersiapkan perjalanan menuju Kabupaten TTS setelah terlebih dulu menjemput rombongan Pak Samsul Widodo di bandara Eltari yang diperkirakan tiba pada jam 10.00 WITA. Rombongan dibagi dua. Rombongan pertama terdiri dari Pak Samsul Widodo, Ibu Rayi, Ibu Ekatmawati, Koordinator Konsultan P2TK Provinsi NTT Pak Herman J. Banoet, MIS PMC NTT dan Supporting Staff PMC (Operator) Dani Nursanti. Rombongan kedua, Pak Sasli Rais, HCU PMC NTT Pak David T. S. Taopan dan Supporting Staff PMC (Sekretaris & Office Boy) Marlise Koamesakh dan Domianus Matta. Kami langsung menuju SoE ± jam 10.20 WITA setelah menjemput rombongan pak Samsul Widodo di Bandara Eltari.

Perjalanan ke SoE, Ibu Kota Kabupaten TTS kami isi dengan obrolan ringan seputar Program-Program Pemerintah di Provinsi NTT khususnya tentang PRUKAB, Bedah Desa dan P2DTK. Tepat pukul 13.00 WITA, kami memasuki gerbang Kantor BAPPEDA Kabupaten TTS. Rombongan pak Samsul Widodo disambut oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten TTS Bapak Hendrik Banamtuan, Kabid Ekonomi Bapak Johanis Benu dan Bendahara SATKER P2DTK Bapak Laurensius Nalle. Rombongan pak Samsul Widodo kemudian dipersilahkan untuk masuk ke ruang kerja Kepala BAPPEDA. Setelah melepas lelah diselingi obrolan ringan, pak Samsul Widodo menyampaikan maksud kunjungan BAPPENAS dan KPDT di Kabupaten TTS kepada Kepala BAPPEDA yang didampingi oleh beberapa orang Staff Kantor BAPPEDA. Pak Samsul Widodo dan rombongan ingin melihat langsung lahan (hamparan) untuk tanaman jagung seluas 1000 Ha, bantuan KPDT dari dana DAK berupa Angkutan Pedesaan, serta jalan dan sumber air lokasi Bedah Desa.

Kepala BAPPEDA Kabupaten TTS menyampaikan bahwa, lokasi lahan untuk kebun jagung berada di desa Billa Kecamatan Amanuban Timur, ± 50 KM dari kota SoE. Pak Hendrik menambahkan bahwa lokasi yang jauh dikarenakan lahan tidur seluas 1000 Ha hanya terdapat di Desa Billa. Karena permintaan BAPPENAS adalah 1000 Ha, maka Pemerintah Daerah menentukan lokasi di Desa Billa karena di desa-desa dan Kecamatan lain sudah tidak terdapat lagi lahan tidur seluas 1000 Ha. Pak Samsul Widodo pun mengajak untuk melihat secara langsung lahan yang sudah disiapkan. Dan karena lokasi yang jauh, maka kami pun segera bersiap untuk bertolak menuju Desa Billa Kecamatan Amanuban Timur. Kepala BAPPEDA dan Kabid Ekonomi yang masih ada agenda lain tidak bisa ikut mengantar. Kami pun diantar oleh Bendahara SATKER P2DTK Bapak Laurensius Nalle ditemani satu orang staffnya. Rombongan kami bertambah dengan bergabungnya Team Leader NTT 2 beserta KM Kabupaten TTS yang ikut mengantar ke lokasi.

Kunjungan kerja kali ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan dan peringatan HUT Republik Indonesia sehingga di sepanjang jalan menuju desa Billa, setiap rumah penduduk yang kami jumpai sudah memasang Bendera Merah Putih. TTS adalah salah satu Kabupaten yang dikategorikan tertinggal, terlihat dari rumah-rumah penduduk yang sangat sederhana berdinding bebak (batang pohon tuak), beratap jerami, sudah pasti hanya beralaskan tanah. Tapi, disetiap rumah sangat sederhana yang kami lewati terpasang Bendera Merah Putih. Masyarakat tetap menyongsong HUT RI dalam keadaan yang serba terbatas. Merdeka? Kami tidak tahu definisi “Merdeka” yang sesungguhnya jika melihat keadaan masyarakat yang kami jumpai. Ditambah lagi keadaan cuaca yang menyebabkan gagal panen sehingga masyarakat menjadi kekurangan pangan. Yah, Indonesia kan luas, semua harus masuk dalam antrian jangan main serobot nanti tidak kebagian. “Inilah potret masyarakat di daerah, Rayi.” Kata pak Samsul Widodo kepada Ibu Rayi yang baru pertama turun ke lapangan dan kaget juga melihat kondisi masyarakat secara langsung. Sedih dan rasa tidak percaya tergambar di wajah Ibu Rayi melihat rumah-rumah penduduk yang nyaris rubuh, ditopang kayu kanan-kiri masih digunakan sebagai tempat tinggal. Yah, bagaimana mereka mau memperbaiki rumah, untuk membeli beras saja mereka kesulitan. Ditambah lagi akses jalan yang sangat buruk yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tetapi patut diacungi jempol, Merah Putih tetap berkibar. Kami sempat mampir di sebuah kios kecil untuk membeli Aqua dan Biskuit sebagai bekal untuk berbuka puasa nanti karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WITA dan kami masih separuh perjalanan menuju lokasi. ± 30 menit dari kios tempat kami membeli Aqua, kami pun tiba di desa Billa. Pada jalan masuk menuju lokasi, sudah menunggu Rombongan Bappeda Kabupaten TTS, Rombongan pak Sasli Rais dan HCU PMC NTT, dan Rombongan Team Leader NTT 2. Karena akses jalan yang sangat buruk menuju lokasi dan tidak bisa dilalui mobil sejenis Innova (Mobil PMC) dan Kijang LGX (Mobil TL NTT 2), maka pak Samsul Widodo dan rombongan pindah ke mobil Rombongan Bappeda Kabupaten TTS yaitu Hilux double cabin yang tentunya cocok untuk medan-medan sulit dan berbatu-batu. Rombongan PMC (KoordProv, MIS) pun pindah ke mobil Hyundai Santa Fe (Rent Car) yang digunakan rombongan pak Sasli Rais dan HCU PMC NTT. Kami pun mengikuti rombongan pak Samsul Widodo menuju lokasi pertama hamparan lahan seluas 1000 Ha yang berjarak ± 6 KM. Namun karena jalan yang sangat buruk, kami seperti merayap perlahan-lahan mengikuti Hilux double cabin yang melaju tanpa beban. Kami tertinggal ± 10 – 15 menit di belakang. Akhirnya kami tiba juga di lokasi. Mobil Hilux terlihat kosong karena rombongan pak Samsul Widodo sudah masuk ke area hamparan untuk melihat secara langsung lokasi yang sudah disediakan Pemerintah Daerah Kabupaten TTS. Kami pun menyusul ke lokasi.

Setelah dirasa cukup melihat lokasi hamparan lahan untuk tanaman jagung, pak Samsul Widodo mengajak rombongan untuk melihat lokasi sumber mata air yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) ± 15 KM dari lokasi pertasma. Kembali kami harus melalui jalan yang sangat buruk. Menurut keterangan yang kami terima, jalan yang kami lalui mulai dari depan hingga ke perbatasan kondisinya sangat buruk. Dan rencana jalan tersebut akan diperbaiki dengan bantuan dari Program Bedah Desa. Jika tidak diperbaiki, maka program-program lain yang dicanangkan Pemerintah Pusat lewat Pemerintah Daerah Kabupaten TTS di desa Billa sudah pasti sangat sulit untuk dilaksanakan karena satu-satunya akses jalan adalah yang kami lewati ini. Baru melalui kira-kira 2 KM, kami memutuskan untuk kembali ke tempat perhentian pertama di jalan masuk desa Billa. Karena apabila kami nekat meneruskan perjalanan mengikuti rombongan pak Samsul Widodo yang tidak bisa kami prediksikan sudah berapa jauh jarak antara kami dengan kondisi jalan yang semakin rusak, dikhawatirkan begitu kami tiba di lokasi, rombongan pak Widodo sudah akan kembali, atau bisa juga kami berpapasan di jalan. Matahari sudah mulai terbenam, sebentar lagi waktu berbuka puasa. Kami perlahan kembali menuju perhentian pertama. Pak Sasli Rais sudah berbekal Aqua dan biscuit sebagai menu berbuka puasa dalam perjalanan. Hari mulai gelap, kami seperti sedang mengikuti Rally di hutam belantara karena begitu gelap di sekitar kami. Padahal kanan-kiri kami adalah rumah-rumah penduduk desa Billa. Tetapi karena tidak ada listrik, harga minyak tanah yang mahal sehingga untuk menyalakan pelita pun masyarakat sangat kesulitan. Sungguh mengharukan. Para Pejabat, Anggota DPRD bisa menikmati listrik, tinggal dalam suasana terang benderang bahkan berkelimpahan susu dan madu, tetapi saudara-saudara kita harus menjalani hidup dalam kegelapan dan serba kekurangan. Bagaimana anak-anak sekolah bisa belajar, bagaimana bisa anak-anak menjadi cerdas. Keadaan seperti di desa Billa, pasti juga dialami desa-desa sekitar. Kami bertanya-tanya, pernah tidak ya ada pejabat yang turun melihat-lihat keadaan rakyatnya? Inilah potret negeri kita, negeri yang kaya, yang merdeka tetapi rakyatnya hidup memprihatinkan. Walau bagaimanapun, Merah Putih tetap Berkibar!

Seperti perkiraan kami sebelumnya, begitu kami tiba di tempat perhentian pertama di mana masih menunggu Team Leader NTT 2 Bapak Ahmad Rifai beserta KM Kabupaten TTS, kurang dari 15 menit kemudian rombongan pak Samsul Widodo tiba. Kami kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke SoE, ibu kota Kabupaten TTS. Mobil Hilux yang dikemudikan oleh Bendahara Satker P2DTK Kabupaten TTS Bapak Laurensius Nalle menjadi “Voorrijder” bagi kami, dan kami pun mampir di satu-satunya Rumah Makan Padang di luar Kota SoE untuk makan malam, karena waktu sudah menjukkan pukul 21.00 WITA dan udara dingin membuat perut benar-benar keroncongan. Karena rombongan berjumlah 16 orang, kami harus menggabungkan 3 meja panjang yang biasanya disediakan untuk 6 orang. Kami semua makan dengan lahap, dan setelah beristirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalan menuju SoE. Tiba di SoE pada jam 23.00 WITA, kami kemudian masuk ke kamar masing-masing karena sebelumnya sudah dipesan oleh KM Kabupaten TTS.

Pagi-pagi jam 08.00 kami semua sudah bersiap untuk langsung check-out­ dari Hotel kemudian melanjutkan agenda Rapat di Aula Kantor BAPPEDA Kabupaten TTS bersama Kepala Bappeda, Staff dan SKPD terkait guna membahas rencana-rencana Program Pemerintah Pusat yang disinkronkan dengan rencana Program Pemerintah Daerah Kabupaten TTS. Sebelum acara rapat dimulai, sambil menunggu Kepala Dinas terkait beserta staff, pak Samsul Widodo mengajak kami untuk meninjau bantuan dana DAK dari Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) berupa Peningkatan Pelayanan Angkutan Pedesaan yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten TTS. Disambut oleh Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Bapak Drs. Yusuf Kaka, rombongan pak Samsul Widodo dipersilahkan masuk ke ruangan Kantor Kepala Dinas untuk berdiskusi sambil memperlihatkan dokumen-dokumen kelengkapan dan keuangan bantuan dana DAK yang mereka kelola.

Setelah berbincang selama 20 menit, rombongan pak Samsul Widodo dipersilahkan untuk melihat Angkutan Pedesaan yang terparkir di halaman belakang gedung kantor Dinas Perhubungan, dan ada yang dalam kondisi rusak ringan (pecah ban) yang terparkir di garasi. Setelah dirasa cukup menghimpun data-data yang diperlukan, pak Samsul Widodo mengajak kami kembali ke kantor Bappeda untuk memulai Rapat.

Pukul 09.30 Rapat dibuka oleh Kepala Bappeda Kabupaten TTS, Bapak Hendrik Banamtuan dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan terima kasih kepada Bappenas, KPDT dan Pemerintah Pusat karena merasa sangat diperhatikan, sehingga dalam bulan Ramadhan ini pun masih meluangkan waktu mengunjungi Kabupaten TTS dengan kepedulian perkembangan pembangunan Kabupaten TTS dengan memberikan bantuan lewat Program-Program Pemerintah Pusat seperti P2DTK, PRUKAB, Bedah Desa, DAK, dan lain-lain. Agenda terdekat setelah peringatan HUT RI adalah, Pemerintah Daerah akan mengumpulkan masyarakat desa Billa dan mengundang Bupati TTS untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang Program PRUKAB dan Bedah Desa serta manfaat yang nantinya dirasakan oleh masyarakat.

Dalam sambutannya, pak Samsul Widodo mengatakan bahwa beliau sangat terkesan dengan perjalanan ke desa Billa sehari sebelumnya. Yang dikhawatirkan adalah hamparan lahan seluas 1000 Ha apakah nanti pada bulan Desember 2011 sudah siap ditanami. Beliau juga menyampaikan dukungan kepada Program Bedah Desa yang akan membangun jalan menuju desa Billa yang sangat buruk, dan untuk irigasi BAPPENAS akan berusaha membantu. Lebih lanjut pak Samsul Widodo mengatakan bahwa Program P2DTK, PNPM Mandiri Pedesaan, juga PRUKAB dan Bedah Desa sama dari segi mekanisme sehingga masih dicari solusi terbaik apabila program-program ini bisa disenergikan, di sinkronisasi.

Ibu Rayi dalam kesempatan ini juga menyampaikan bahwa dalam pembangunan daerah perlu adanya input apa yang dibutuhkan oleh daerah harus ditonjolkan agar mendapat perhatian dan sentuhan. Ibu Rayi juga menyampaikan harapan terhadap PRUKAB dan Bedah Desa ada sinkronisasi sehingga kebutuhan-kebutuhan masyarakat bisa terdata dan bisa difasilitasi. Kepada Bappeda Kabupaten, ibu Rayi menyampaikan kebutuhan akan data. Data-data yang valid dan riil sehingga menjadi amunisi bagi Bappenas dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan di daerah.

Ibu Ritna sebagai wakil dari Bedah Desa KPDT menyampaikan bahwa sosialisasi Bedah Desa ke masyarakat sudah dilakukan, tetapi koodinasi belum dilaksanakan sehingga diharapkan bantuan Pemerintah Daerah agar masyarakat dapat terus merasakan program yang sudah dirancang oleh Pemerintah Pusat. Sedangkan ibu Ekatmawati mengharapkan distribusi berjalan dengan baik sehingga tahun 2012 Program PRUKAB tetap menjadi nominasi utama tentunya dengan laporan-laporan yang valid dan riil.

Rapat berjalan dengan tertib dan semangat peserta rapat masih tetap terjaga, terlihat dari beberapa pertanyaan, informasi dan harapan-harapan dari peserta rapat yang sebagian besar dari SKPD terkait. Namun, agenda rapat harus diakhiri dikarenakan pak Samsul Widodo beserta rombongan harus kembali ke Jakarta dengan penerbangan jam 17.00 WITA sehingga paling tidak jam 13.00 WITA kami sudah harus bertolak menuju Kupang agar tidak terburu-buru tetapi tepat waktu tiba di bandara. Harapan terakhir yang disampaikan pak Samsul Widodo adalah, “Mohon doa restunya agar rancangan Program P2DTK II berhasil!” Kepala Bappeda Kabupaten TTS menutup rapat bersama ini dengan manyampaikan terima kasih kepada pak Samsul Widodo beserta rombongan karena Rapat Koordinasi hari ini memberi banyak masukan dan dukungan, dan harapan beliau Program P2DTK tetap berlanjut di Kabupaten TTS agar daerah-daerah tertinggal, daerah-daerah miskin yang belum tersentuh dapat dijangkau pembangunan.

Pukul 13.00 WITA kami dilepas oleh Kepala Bappeda beserta Staff dan bertolak menuju Kupang dan pada pukul 15.30 kami tiba di Kupang, mampir sebentar di kantor PMC untuk beristirahat. Pukul 16.00 WITA kami mengantar pak Samsul Widodo beserta rombongan menuju bandara Eltari untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta.

Selamat jalan Pak Samsul Widodo, Pak Sasli Rais, Ibu Rayi, Ibu Ekatmawati dan Ibu Ritna semoga kita dapat bertemu kembali.

Kami dukung dalam doa agar rancangan program P2DTK II bisa berhasil.

Monday, August 8, 2011

Kunjungan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi NTT
27-29 MEI 2011

Pada tanggal 27 – 30 Mei 2011 kembali Provinsi NTT menerima kunjungan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini yang kali ini didampingi oleh Sekretaris Kementerian Ir. Lucky Korah, Deputi dan Asdep, Staff Khusus Menteri dan Anggota Komisi V DPR-RI yang berasal dari NTT yaitu, Saleh Husin dan Fari Djemy Francis.

Agenda pak Menteri pada kunjungan kali ini cukup padat. Kunjungan pertama adalah ke Kabupaten Timor Tengah Utara dengan agenda dialog dengan Bupati Timor Tengah Utara beserta masyarakat, mengunjungi Sekolah Dasar Katolik Karitas di desa Oenenu Kecamatan Miomaffo Timur, kemudian ke Kabupaten TTS dengan agenda mengunjungi Pondok Pesantren Miftahuddin Desa Oe Ekam Kecamatan Amanuban Timur, SMK Negeri 1 SoE, Penutupan Festival Budaya, dan Upacara Adat Ningkam Haumeni.

Tanggal 26 Mei 2011, NMC P2DTK Bapak Ade Wahid (TA Monev) dan Bapak David Stefanus (Jr. MIS) tiba di Kupang untuk bersama-sama PMC NTT melakukan persiapan-persiapan untuk kunjungan Menteri dimaksud. Sertifikat, Leaflet, Spanduk, sub-project yang akan diresmikan oleh Menteri PDT semua dipersiapkan secara marathon dengan melibatkan Team Leader DMC NTT-1 Bapak Ahmad Rifai dan seluruh DMC serta FK Kabupaten TTS juga masyarakat setempat. Setelah memasang Spanduk Selamat Datang kepada Bapak Menteri PDT dan Anggota Komisi V DPR-RI di Bandara El Tari setelah terlebih dahulu memohon izin kepada Admin Bandara El Tari Kupang, Pak Ade Wahid, Pak David Stefanus dan Pak David Taopan (TA HCU-NTT) bertolak menuju Kabupaten TTS dengan tujuan Desa Tune Kecamatan Tobu untuk mempersiapkan sub-project Polindes bersama-sama dengan KM Kabupaten, FK dan masyarakat. Polindes tersebut rencananya akan diresmikan oleh Menteri Negara PDT Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini pada tanggal 29 Mei 2011.

Sesuai jadwal, Menteri PDT tiba di Bandara El Tari Kupang pada pukul 22.00 WITA menggunakan pesawat Lion Air. Turut dalam rombongan penyambutan, Koordinator PMC PNPM Mandiri DTK / P2DTK Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Bapak Herman J. Banoet. Dari bandara rombongan Menteri langsung menuju Restaurant Nelayan ditemani oleh Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya beserta jajaran. Setelah melepas lelah dan menikmati hidangan makan malam yang disediakan, rombongan Menteri pun menuju Hotel Kristal untuk beristirahat ± jam 00.30 WITA. Kami pun pulang dan beristirahat karena tanggal 28 Mei 2011 harus mengikuti rombongan Menteri menuju Kota Kefa Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Pukul 08,00 WITA kami bertolak lebih dulu menuju kota Kefa, karena Pak Menteri masih ada agenda bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Turut dalam rombongan kecil kami Bapak Ir. Andjar Koentjoro, M.Sc. Plt. Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus, Bapak Drs. Hasman ASDEP Urusan Pengembangan Perdesaan. Jarak Kupang – Kefa ± 197 KM dalam waktu 4 (empat) jam. Selama dalam perjalanan kami banyak bertukar cerita, dan ternyata Pak Andjar juga pak Hasman punya koleksi joke-joke segar sehingga tanpa terasa kami sudah tiba di Kota SoE. Kami mampir sebentar ke Kantor BAPPEDA Kabupaten TTS untuk bertemu dengan SATKER dan juga Konsultan Kabupaten yang pada saat itu sedang bertemu dengan Bupati TTS untuk membicarakan persiapan kunjungan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal di Kabupaten TTS. Kami mengadakan rapat kecil di ruangan rapat Kantor BAPPEDA yang dihadiri oleh SATKER, NMC, PMC, DMC, Staff dari Kementerian PDT. Pak Hasman memberikan pengarahan-pengarahan sehubungan dengan rencana kunjungan Menteri Negara PDT dan menanyakan progress persiapan untuk kunjungan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal di lokasi sub-project yang akan diresmikan oleh Menteri Negara PDT. ± 30 menit kami berada di kota SoE. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Kota Kefa Kabupaten TTU. Rombongan kami masih tetap, Pak Andjar Koentjoro, Pak Hasman, Pak Herman J. Banoet (koordProv) dan saya (MIS PMC). Kembali joke-joke segar dari pak Andjar dan pak Hasman menemani perjalanan kami sehingga tidak terasa kami sudah tiba di perbatasan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan Timor Tengah Utara (TTU) yang jalannya masih dalam proses perbaikan akibat longsor bulan April lalu. Kami sempat berpapasan dengan rombongan Bupati TTU yang hendak menjemput Bapak Menteri di perbatasan TTS-TTU. ± pukul 12 siang kami memasuki kota Kefamenanu. Kami langsung menuju Rumah Jabatan Bupati TTU karena Pak Andjar juga Pak Hasman harus bertemu dengan Protokoler Kementerian PDT untuk memantau persiapan penyambutan Menteri PDT.

Pukul 14.00 WITA lebih sedikit, rombongan Menteri Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini memasuki kota Kefa dan menuju Rumah Jabatan Bupati TTU didampingi Bupati TTU Raymundus Fernandes dan Wakil Bupati Aloysius Kobes beserta jajaran. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal disambut dengan Upacara Adat Timor penyambutan tamu kehormatan. Setelah upacara penyambutan, Menteri PDT beristirahat sambil berdialog dengan Bupati TTU, Wakil Bupati, beserta Tokoh Masyarakat setempat.

Pada kesempatan kunjungan ke Kabupaten TTU ini, Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal menyampaikan program-program Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dalam usaha mengentaskan kemiskinan, meningkatkan potensi dan Pengembangan Komoditas Unggulan dan Produk Unggulan Kabupaten. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal juga memberikan Bantuan Sosial sebesar 3 (tiga) Miliar Rupiah kepada Kabupaten TTU yang diterima secara simbolis oleh Bupati TTU, Raymundus Fernandes.

Setelah berdialog dengan tokoh masyarakat dan menyerahkan bantuan truck kepada Pemda TTU, Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal yang didampingi oleh Sekretaris Menteri, Lucky Korah, Anggota Komisi V DPR RI Daerah Pemilihan NTT Saleh Husin beserta rombongan bersama dengan Bupati, Muspida TTU melakukan kunjungan ke Sekolah Dasar Katolik (SDK) Karitas di desa Eonenu, Kecamatan Miomaffo Timur. Pemandangan mengharukan kami jumpai sepanjang jalan menuju lokasi SDK Karitas yaitu sambutan dari anak-anak SD berseragam Putih-Merah membentuk pagar betis sambil melambaikan bendera merah putih di tangan mereka yang mungil. Tergambar kepolosan, ketulusan dan kebanggaan di wajah mereka yang begitu antusias dan bersemangat menyambut rombongan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. Yah, potret anak desa yang jarang sekali mendapat kunjungan dari pemimpin-pemimpin dari Jakarta. Mungkin untuk bertatap muka dengan Pejabat/Pemimpin Provinsi bahkan kabupaten pun sangat sulit mereka alami. Sapaan, “selamat soreee bapak!” oleh anak-anak SDK Karitas dan mungkin juga murid-murid dari Sekolah Dasar di sekitar bukan karena diatur demikian oleh para guru atau panitia penyambutan, tetapi murni dan spontan mereka ucapkan karena sudah menjadi kebiasaan mereka setiap hari, saling menyapa, saling mengucapkan selamat kepada siapa saja yang mereka temui. Tentunya sudah jarang kita temui pada anak-anak di kota-kota besar.

Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal beserta rombongan disambut di depan pintu gerbang SDK Karitas dengan pengalungan selendang tenun motif Timor yang sudah menjadi tradisi dalam penyambutan tamu kehormatan. Menteri Negara PDT tidak hanya disambut oleh murid-murid SD beserta para Guru dan Camat Miomaffo Timur, tetapi juga oleh masyarakat setempat yang tumpah ruah penuh semangat ikut menyambut rombongan Menteri Negara PDT. Di depan gedung SDK Karitas, tepatnya di lapangan Upacara telah disetting untuk prosesi acara ramah-tamah serta dialog dengan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini disambut tarian dan lagu-lagu daerah oleh murid-murid SDK Karitas dengan diiringi gitar dan angklung. Pak Menteri pun ikut bertepuk tangan mengikuti irama lagu yang didendangkan. Dengan senyum ramah dan kebapakan, pak Menteri kemudian memperkenalkan diri kepada murid-murid SDK Karitas yang dengan tertib mengambil tempat di kursi-kursi yang sudah disiapkan. Dengan bahasa yang sederhana, yang mudah dipahami oleh anak-anak usia Sekolah Dasar, pak Menteri mengajak berdialog beberapa orang murid SDK Karitas yang dengan kepolosan anak-anak menjawab pertanyaan pak Menteri kadang megundang senyum dan tawa. Sementara pak menteri terlihat sangat menikmati perannya berbaur dengan anak-anak SDK Karitas, bisa merangkul, bisa tertawa lepas bahkan bisa bercanda dengan mereka. Tentu beliau terkenang kembali masa-masa kecil dan sekolah beliau beberapa puluh tahun lalu.

Kesempatan kunjungan Menteri ini pun tidak disia-siakan oleh Kepala SDK Karitas yang kemudian menyampaikan permohonan bantuan kepada pak Menteri. Menteri Negara PDT pun menyanggupi permohonan Kepala SDK Karitas dan berjanji akan memberikan bantuan kepada SDK Karitas sesuai kebutuhan SDK tersebut.

Tidak terasa ± 1 Jam 30 menit Pak Menteri berdialog dengan murid-murid SDK Karitas. Pak Menteri pun pamit kepada murid-murid SDK Karitas sambil berpesan dan mengingatkan untuk selalu tekun serta bersemangat dalam belajar, harus mempunyai cita-cita setinggi bintang di langit dan harus berusaha sekuat tenaga untuk menggapainya, tentunya dengan bersekolah setinggi-tingginya dengan demikian bisa membantu membangun daerah, juga bangsa dan Negara Indonesia.

Dengan dikawal Voorrijder rombongan Menteri Negara PDT kemudian meninggalkan SDK Karitas, seterusnya meninggalkan kota Kefa menuju Kabupaten TTS dengan agenda berkunjung ke Pondok Pesantren Miftahuddin di Desa Oe Ekam Kecamatan Amanuban Timur. ± Jam 20.00 WITA kami tiba di lokasi Pondok Pesantren Miftahuddin. Para Santri, Pengasuh Pondok beserta masyarakat sekitar sudah menunggu sejak pagi, dan mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran acara kunjungan Menteri Negara PDT di Pondok Pesantren Miftahuddin. Menteri Negara PDT dan rombongan disambut oleh Bupati TTS Ir. Paul V.R. Mella beserta jajaran, para Santri, Pengurus Pondok, Tokoh Masyarakat setempat, Muspida dan Masyarakat dengan iringan musik Qasidah yang dibawakan oleh para Santri Pondok Pesantren Miftahuddin. Acara dilanjutkan dengan pembacaan Ayat-Ayat Suci Al’Quran, sambutan dari Pengurus Pondok Pesantren yang mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kesediaan Menteri Negara PDT meluangkan waktu berkunjung ke Pondok Pesantren Miftahuddin juga mengisahkan sejarah berdirinya Pondok Pesantren di desa Oe Ekam, program-program Pondok Pesantren, dan tentunya permohonan bantuan kepada Menteri Negara PDT.

Menteri Negara PDT Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini dalam sambutannya menyampaikan penghargaan kepada Pengurus Pondok Pesantren Miftahuddin atas undangannya. Pak Menteri yang juga pernah mondok di Pesantren menceritakan suka-duka beliau waktu masih menjadi Santri. Beliau juga berpesan dan mengingatkan para Santri Pondok Pesantren Miftahuddin untuk tetap tekun dan rajin belajar ilmu agama juga ilmu pengetahuan umum, dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetap menjaga kerukunan antar umat beragama, menjunjung tinggi wawasan kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebelum meninggalkan Pondok Pesantren Miftahuddin, Menteri Negara PDT beserta rombongan dijamu makan malam oleh Pengurus Pondok Pesantren dan masyarakat setempat. Dan setelah beristirahat makan malam dan foto bersama, Menteri PDT pun pamit kepada seluruh masyarakat, Pengurus dan para Santri Pondok Pesantren Miftahuddin untuk melanjutkan perjalanan ke Kota SoE karena dari info yang kami terima, telah menunggu sejak pagi masyarakat dan Muspida setempat di Aula Gedung DPRD Kabupaten TTS.

Perjalanan menuju SoE lancar dengan bantuan Voorrijder. Dan pada jam 23.00 WITA kami tiba di Kota SoE, langsung menuju Gedung DPRD Kabupaten TTS. Ternyata di Gedung DPRD sudah menunggu masyarakat, Ketua dan Anggota DPRD dan unsur Muspida setempat. Menteri Negara PDT beserta rombongan disambut dengan tarian prosesi adat Natoni disertai pengalungan selendang adat.

Setelah bersitirahat sejanak, protokoler Bupati kemudian membuka acara dengan mengucapkan selamat datang kepada Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) beserta rombongan. Selanjutnya sambutan dari Ketua DPRD Kabupaten TTS, Eldat Nenabu. Dalam sambutannya, Eldat Nenabu menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menteri Negara PDT atas kunjungan ke Kabupaten TTS, dan menyampaikan apresiasi karena Menteri yang paling banyak berkunjung ke Provinsi NTT adalah Menteri Negara PDT dibandingkan dengan Menteri lainnya. Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi V DPR RI, Saleh Husin yang menyampaikan bahwa NTT selalu menjadi prioritas Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal karena masih banyak program-program Kementerian PDT yang perlu diterima di Provinsi NTT yang memang masih banyak Kabupaten dan Kecamatan masuk daftar daerah tertinggal. Bupati TTS Ir. Paul V. R. Mella dalam sambutannya menyebutkan Program-Program Kementerian PDT yang diterima oleh Kabupaten TTS dan dalam urutan teratas disebutkan Program P2DTK. Karena memang, lewat P2DTK banyak masyarakat di daerah atau desa-desa dalam katagori tertinggal dan sulit dijangkau bisa terbantu lewat pembukaan jalan, air bersih, kesehatan dan langsung merasakan manfaatnya. Bupati mengharapkan masih mendapat Program P2DTK apabila ada fase lanjutan. Bupati juga memaparkan agenda acara Menteri yang sudah disiapkan, yaitu yang pertama menuju SMK Negeri 1 SoE memberikan kuliah umum, kemudian menuju Desa Nausus Kecamatan Mollo menutup Festival Budaya dan Upacara Adat Ningkam Haumeni, dan terakhir menuju desa Tune Kecamatan Tobu meresmikan Polindes sub-project P2DTK dana BLM Kecamatan Siklus 3 DIPA 2010 serta penandatanganan Sertifikasi kegiatan Program P2DTK di Kabupaten TTS.

Dalam sambutannya, menteri Negara PDT mengatakan bahwa, “Percepatan pembangunan daerah tertinggal adalah isu yang menjadi perhatian utama pada periode pembangunan Indonesia 2010-2014. Sebagaimana yang dinyatakan di dalam RPJM Nasional 2010 – 2014, salah satu misi Presiden kita tentang Memperkuat Dimensi Keadilan Di Semua Bidang.” Lebih lanjut menteri mengatakan, “Daerah tertinggal masih dicirikan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah dan tingkat kemiskinan yang tinggi. Kualitas sumber daya manusia didaerah tertinggal pada Tahun 2007 yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih berada pada angka 67,2 atau masih dibawah IPM Nasional. Kondisi kemiskinan di kabupaten daerah tertinggal pada Tahun 2007 masih sebesar 23,4 persen, atau lebih tinggi dibanding persentase kemiskinan nasional (16,6%).” Menteri melanjutkan, “Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa program P2DTK mulai TA. 2007 s.d TA. 2010 di Provinsi Nusa Tenggara Timur telah mewujudkan 1.050 kegiatan melalui BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan. Khusus di Kabupaten Timor Tengah Selatan telah mewujudkan 354 kegiatan melalui BLM Kabupaten BLM Kecamatan. Semua Kegiatan tersebut merupakan kebutuhan riil masyarakat. Tidak saja terpenuhi kebutuhannya, masyarakat pun telah terlibat dengan penuh semangat. Semoga melalui program P2DTK ini dapat benar-benar membantu masyarakat di Provinsi NTT, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk bangkit dan berdaya agar mampu setara dengan masyarakat di daerah lain yang lebih maju. Jika masyarakatnya maju, maka Insya Allah cita-cita pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dapat tercapai.”

Setelah memberikan sambutan, Menteri Negara PDT beserta rombongan dipersilahkan menyantap makan malam yang sudah disediakan sambil menikmati tarian yang dibawakan oleh anak-anak sekolah yang tergabung dalam sanggar seni di kota SoE. Ahk, udara SoE memang dingin bikin perut keroncongan. Ketika hendak beranjak untuk makan, masuk sms dari Pak David Taopan (HCU PMC) yang pada saat yang sama sedang berada di desa Tune Kecamatan Tobu bersama dengan Pak Ade Wahid (TA Monev NMC) membantu dan mengawasi fisnishing Polindes yang direncanakan diresmikan pada keesokan hari. Isi sms, “Bu, kalo lagi makan ingat-ingat kirim o, katong di sini belum makan.” Wow, sudah jam 00.20 WITA belum makan, dan masih kerja? Karena tidak percaya, sms balasan, “Ok om, nanti katong foto makanan yang ada terus MMS ya?!” Ternyata, setelah nanti bertemu keesokan hari baru tahu kalau pak David dan pak Ade benar-benar belum makan. Hanya makan gorengan yang harus dibeli di kota Kapan yang berjarak ± 10 KM dari desa Tune.

Setelah menikmati makan malam, Menteri Negara PDT diajak untuk menari bersama tarian Bonet yang melambangkan kebersamaan dan persaudaraan dalam formasi lingkaran penuh, sambil bergandeng tangan menari melingkar mengikuti irama musik gitar, tifa dan HEO (alat musik tradisional suku Dawan Timor). Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari ketika Menteri Negara beserta rombongan menuju Hotel Bahagia 2 untuk beristirahat. Kami pun mengikuti rombongan untuk menuju hotel, tapi bukan untuk beristirahat, hanya mengantar pak Andjar dan pak Hasman serta menyimpan tas kami karena kami masih harus menyiapkan Profil Desa Tune dan sub-project Polindes di kantor KM Kabupaten TTS. Kami berkoordinasi dengan KM Kabupaten TTS, pak Eko Pudjono, pak Benyamin Leu dan pak Heru Hermawan menyiapkan Profil untuk pak Menteri juga para Deputi dan Asdep. Tepat jam 03.00 WITA kami baru selesai ngopi. Yah, ngopi sambil siapkan profil Kabupaten, Desa Tune dan Profil Sub-Project. Kami kembali ke Hotel untuk beristirahat. Karena hari minggu, sudah pasti kegiatan dimulai jam 10.00 WITA setelah selesai ibadah Gereja. Disaat bertemu dengan kasur dan bantal, langsung pulas, segala lelah penat tidak terasa lagi.

Terbangun oleh suara gemericik air di kamar mandi jam 06.00 WITA. Wah, kurang dari 3 jam tidur sudah terbangun lagi. Ternyata pak David Stefanus (Jr MIS NMC) sedang mandi. Kami memang sekamar, karena Pak David Taopan dan pak Ade sudah di desa Tune, maka kami menempati kamar yang sebelumnya ditempati ber-3 dengan pak David Stefanus. Karena tidak bisa lagi memejamkan mata, setelah pak David Stefanus selesai mandi, gantian saya yang mandi. Brrrrrr….dingin sekali airnya, tapi segar. Setelah mandi, bersama pak David kami duduk-duduk di teras kamar hotel. Eh, ternyata di sebelah kamar kami ada ibu Fatmawati Dangkua dari Sekretariat P2DTK KPDT. Baru ingat kalau Ibu Fatmawati bersama ibu Yuliati sudah lebih dulu ke SoE bersama rombongan pertama pak David Cs. Jam 07.00 WITA pak Rifai (TL NTT 2) datang ke Hotel untuk menjemput ibu Fatmawati yang akan ikut rombongan KM Kabupaten dan FK yang akan menuju desa Tune jam 08.00 WITA. Jam 08.00 setelah ibu Fatmawati dan rombongan menuju desa Tune, pak Herman J. Banoet (KoordProv NTT) bangun dan kami pun menuju ruangan makan untuk sarapan. Di ruang makan sudah ada pak Hasman yang sedang berbincang dengan pak Fary Francis Anggota Komisi V DPR RI yang sehari sebelumnya sudah berada di Kupang mengikuti acara Partai Gerindra dan peringatan Hari Pattimura bersama masyarakat Maluku yang berada di Kota Kupang. Rencananya, pak Fary Francis akan mendampingi Menteri Negara PDT. Kami sempat diperkenalkan oleh pak Hasman kepada beliau. Setelah sarapan, kami kemudian bersiap untuk mendampingi Menteri Negara PDT yang sesuai agenda perjalanan yang pertama akan mengunjungi dan memberikan kuliah umum di SMK Negeri 1 SoE.

Karena pak David Stefanus bergabung dengan rombongan kami, maka oleh pak Herman J. Banoet, pak David Stefanus diberi kehormatan untuk menjadi driver. Iring-iringan panjang rombongan Menteri Negara PDT pun menuju lokasi SMK Negeri 1 SoE jam 9.45 WITA. Tiba di SMK Negeri 1 SoE, Menteri Negara PDT beserta rombongan disambut dengan upacara sederhana peyambutan tamu oleh siswa-siswi beserta Kepala Sekolah dan para Guru SMK negeri 1 SoE, kemudian menuju aula Sekolah tempat acara berlangsung. Sambutan pertama dari Bupati TTS Ir. Paul V. R. Mella mempersilahkan Siswa-Siswi SMK Negeri 1 SoE untuk berdialog dan bertanya kepada Menteri Negara PDT karena ini adalah kesempatan yang sangat langka bisa ditemui lagi. Sambutan berikut, Kepala SMK Negeri 1 SoE mengucapkan terima kasih karena Menteri Negara PDT bersedia mengunjungi dan memberikan kuliah umum kepada Siswa-Siswi SMK Negeri 1 SoE. Kepala SMK Negeri 1 SoE berharap, dengan adanya kunjungan Menteri Negara PDT bersama Anggota Komisi V DPR RI Saleh Husin dan Fary Djemi Francis, siswa-siswi SMK Negeri 1 SoE lebih terpacu semangatnya untuk lebih giat dalam belajar dan berusaha serta mendapat pencerahan, petunjuk bahwa dengan ilmu yang mereka terima di SMK Negeri 1 SoE mereka sudah bisa terjun ke dalam dunia kerja dan dunia usaha mandiri. Kesempatan ini juga, Kepala SMK Negeri 1 SoE menyampaikan kesulitan-kesulitan dan keterbatasan-keterbatasan SMK Negeri 1 untuk meningkatkan mutu pendidikan dikarenakan minimnya sarana pendukung (peralatan dan perlengkapan) praktek. Menteri Negara PDT pun menyanggupi memberikan bantuan untuk peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 1 SoE. Setelah menyaksikan penandatanganan Nota Kesepakatan antara Anggota Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 SoE, Menteri Negara PDT beserta rombongan dan Bupati TTS beserta jajaran langsung menyaksikan hasil kerja dan belajar siswa-siswi SMK Negeri 1 SoE yaitu, ternak unggas, hasil kebun, dan lain-lain.

Setelah hampir selama 20 menit berada di Laboratorium praktek SMK Negeri 1 SoE, kami beserta rombongan Menteri Negara PDT melanjutkan perjalanan ke Desa Nausus Kecamatan Mollo untuk mengikuti acara penutupan Festival Budaya dan Upacara Adat Ningkam Haumeni. Festival Adat "Ningkam Haumeni " merupakan perayaan masyarakat Mollo, Amanuban dan Amanatun di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT). Festival ini dilaksanakan rutin setiap tahun, untuk memperingati perjuangan masyarakat adat Mollo, Amanuban dan Amanatun dalam melindungi kawasan keramat mereka. Perayaan ini juga menjadi tempat saling bertemu muka, berbagi pengalaman keberhasilan dan tantangan yang dihadapi di tiap-tiap kawasan. Tak cuma sebagai perayaan, festival ini juga untuk menunjukkan kepada publik luas dan pemerintah bahwa mereka memilih penguatan ekonomi lokal yang menjamin kebutuhan pangan keluarga dan menguatkan adat tanpa perlu merusak kelestarian alam. Semangat Festival tahun ini adalah mengajak dan menyerukan seluruh warga khususnya masyarakat adat secara perlahan-lahan memulihkan kembali kerusakan lingkungan akibat pembangunan yang merusak dan mengancam pangan, memulihkan tradisi kedaulatan pangan yang dilakukan nenek moyang mereka, warisan bagi generasi Atoin Meto sekarang. Beragam kegiatan akan digelar, mulai Teater, Drama, Puisi, Tari-tarian, dan Lagu-lagu rakyat adalah merupakan suatu cara untuk menyongsong keberhasilan-keberhasilan produksi pangan yang selalu dilakukan oleh masyarakat adat Atoin Meto Timor sejak awal mereka mengenal pangan. ± 1,5 jam perjalanan dari SoE – Kapan – Nausus.

Yang mengejutkan adalah ketika kami tiba di Kota Kapan. Di sepanjang jalan kota berjejer rapih anak-anak berseragam Sekolah Dasar sampai Menengah Atas yang turut menyambut kedatangan Menteri Negara PDT. Mereka membentuk pagar hidup sepanjang jalan Kota Kapan sambil melambaikan tangan dan mengibarkan bendera kecil merah putih ke arah rombongan Menteri PDT. Padahal hari Minggu, hari libur. Tapi begitu antusias, gembira dan bangga anak-anak Sekolah turut menyambut kedatangan Menteri Negara PDT yang hanya melintas jalan kota menuju desa Nausus.

Tiba di desa Nausus, lokasi Festival budaya ternyata sudah dipadati masyarakat. Menteri Negara PDT pun disambut dan dipersilahkan untuk memasuki sebuah lopo (rumah adat) yang sudah disiapkan. Kami pun bertanya-tanya, kenapa pak Menteri harus masuk ke rumah tersebut? Hampir 10 menit berlalu ketika pak Menteri keluar dari rumah tadi. Ternyata pak Menteri dipakaikan busana Adat Timor lengkap dengan selendang dan destar. Juru kamera pun berebutan mengabadikan moment yang ada. Para penyambut pun mulai melakukan prosesi Natoni (sapaan menyambut tamu secara berbalasan dalam bahasa Dawan)Festival tahunan ini berlangsung bertepatan dengan hari tambang sedunia 29 Mei 2011. Menteri dan rombongan kemudian diarak menuju tempat pertemuan yang sudah disediakan oleh panitia.

Pandangan saya terpaku pada 2 (dua) gunung marmer yang menjulang tinggi diselimuti kabut. Saya menghirup dalam-dalam segarnya udara yang terasa lebih sejuk dibandingkan udara di puncak Bogor. Terpesona dengan gunung marmer, tanpa saya sadari, saya sudah berada dibawah salah satu gunung yang sempat diksplorasi oleh perusahan tambang marmer. Bekas potongannya masih terlihat jelas, bahkan sisa potongan marmer yang mungkin tidak sempat diangkut masih tergeletak begitu saja tidak terurus. Sungguh indah pemandangan di sini. “Dulu sebelum perusahaan tambang marmer ke sini, kawasan sini jauh lebih bagus.” Seorang bapak tiba-tiba sudah berada di samping saya ikut memandangi gunung batu marmer yang memang sudah tidak utuh lagi, tapi masih membuat indah pemandangan sekitarnya. “Masyarakat biasa melepas ternak merumput di sini. Dalam hutan juga ada tempat adat yang kami keramatkan. Tapi itu hilang diambil tentara dan orang-orang dari perusahaan.” Lanjut si bapak lagi. Menurut bapak tadi, masyarakat yang berkumpul berasal dari Amanatun dan Amanuban. Beberapa ruas jalan Amanatun juga terputus. Tapi mereka, laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak berhimpitan dalam truk yang mereka sewa untuk sampai di desa Nausus. Akh, Amanatun dan Amanuban masih termasuk daerah tertinggal. Tapi di tengah kesulitan hidup, mereka tetap hadir memeriahkan festival dengan menampilkan yang terbaik yang mereka punya.

Saya melihat-lihat lopo yang dibangun tiap-tiap suku dengan ciri khas suku masing-masing. Kain tenun ikat yang mereka kenakan pun mudah dikenal darimana mereka berasal. Itu pun karena saya bertanya-tanya. Saya baru tersadar kalau saya terpisah sendiri dari rombongan ketika Menteri Negara PDT dipersilahkan menikmati makanan yang sudah disediakan. Telinga dan perut langsung connect maklum, udara sangat dingin, berkabut padahal siang hari jam 14.00 WITA.

bersambung . . . . .