English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 17, 2009

MTR Kab Belu, Atambua

Pada saat yang bersamaan rombongan ke Kabupaten Belu, Atambua sedikit terhambat karena jembatan yang biasa dilalui terputus karena banjir, sehingga perjalanan yang bisa ditempuh 6 jam menjadi 9 bahkan 11 jam perjalanan dari Kupang. Jalur alternatif yang dilalui berlumpur tebal, tetapi bisa dilalui dengan baik dan tiba di Atambua, ibukota Kabupaten Belu.
Pada tanggal 18 Februari 2009 kami menghadiri Musyawarah Pendanaan yang dihadiri Ketua BAPPEDA Kabupaten Belu, PPK, para Camat dan juga unsur masyarakat, hasil kajian teknis yang telah dilakukan mendapat tanggapan aktif dari masyarakat yang menghadiri.
TV Belu yang aktif mengikuti acara Musyawarah Pendanaan ini ikut mewawancarai NMC Bp Dadang dan WB Ibu Purri yang hadir saat itu, juga ikut hadir Bp Basuki dan Bp Ketono, hasil yang akan dicapai tergantung pada pembiayaan proyek yang dijalankan dan diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat sesuai usulan yang akan didanai. Pengembangan sektor swasta dalam hal ini penyulingan minyak nilam mulai diminati terutama karena harga jual minyak nilam berkisar antara 250 ribu - 900 rb per liter sesuai dengan kualitas hasil penyulingan itu sendiri

Acara diteruskan dengan menggali potensi sumber Sektor swasta yang telah ada, dengan peran Koordiantor PSS dan juga Konsultan PSS Kab Belu yang mengantar kami menemui salah satu pengusaha Minyak Nilam, terletak di Kecamatan Lasiolat, jarak tempuh dari kota Atambua selama 1,5 jam. Adapun fasilitas tersebut sudah berproduksi selama ini, dan menunggu pembelian oleh pengusaha dengan harga yang baik. Saat berbincang kami sempat meninjau lokasi tersebut dan responden yang juga yang mengelola Penyulingan tersebut menceritakan dari mulai proses penanaman, jangka waktu pemeliharaan dan juga sampai minyak nilam diperoleh. Data dari responden yang dipilih secara selektif dari beberapa jenis usaha yang telah dikembangkan di Kabupaten Atambua memperlihatkan bahwa usaha untuk meningkatkan pendapatan dari masyarakat di desa sudah ada, tetapi masih banyak kendala seperti modal, harga jual, transportasi, komunikasi dan juga kemampuan menjual yang perllu ditingkatkan. Dengan adanya pengalaman ini kami harapkan Sektor Swasta dapat digali lebih dalam untuk memperoleh 'minyak nilam' yang lain. Perjalanan ini, kami ditemani oleh PPK Bp Mamiek dengan tujuan mencapai dan menyentuh Sektor Swasta yang mungkin bisa dikembangkan sehingga dapat dibiayai oleh P2DTK, kami harapkan peran aktif semua pelaku yang saat ini memperjuangkan P2DTK sehinggan dapat berjalan sesuai dengan harapan kita, baik kualitas maupun ketepatan waktu. Bidikan kamera Bp Basuki menunjukkan keceriaan anak2 yang berkumpul di tengah perjalanan dari Kec Lasiolat kembali ke Atambua, semoga P2DTK juga memancarkan keceriaan seperti anak-anak tersebut. Salam