English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 17, 2009

MTR (Mid Term Review)

Kuntari : Ingat, Beasiswa di P2DTK Bukan Seperti BLT
Dua pekan silam, tepatnya tanggal 16 – 21 Februari 2009 Bank Dunia dipimpin Task Team Leader (TTL) Sri Kuntari melakukan Mid Term Review P2DTK di Kab. TTS dan Kab. Belu, NTT. Tim MTR dibagi 2, untuk ke Kab. TTS , Kuntari didampingi Korprop NTT M. Jamaludin dan David Taopan (HCU) serta Yoyok (PIU), Dodi (PMU) dan Widodo (NMC). Sedangkan ke Kab. Belu, Purri (WB) , Ambar (WB), Paddy (WB) didampingi Herman J. Banoet (PMC) serta Basuki (PMU), Nursalim (PIU) Dadang Sudradjat (NMC) dan TL NTT 2 Rivai serta Konsultan PSS Yans.
Sebelum ke TTS, tim MTR Bank Dunia berkesempatan bertemu dengan TK Prop Yulius Subianto Riwu (Sek Bappeda). “Ada tiga hal yang penting dari MTR ini, desain program, legal aspec dan implementing, dan yang lebih penting accountability pelaksanaannya”, ujar TTL Bank Dunia kepada TK Prop sekaligus ijin kelapangan. Selanjutnya Kuntari juga mengingatkan komitmen TK Prop untuk selalu mendukung program termasuk penyiapan dana PAP Propinsi.
Di Kab. TTS, sebelum terjun kelapangan tim berkesempatan bertemu dengan Satker dan PP Komitmen dan sejumlah UPKD. Sementara di kecamatan Polen yang merupakan salah satu target kunjungan, ditemukan beberapa permasalahan antara lain; ketika memeriksa accountability pada UPK dan proses pemberian Beasiswa yang nyaris seperti pemberian BLT. “ Ingat, Beasiswa di P2DTK bukan seperti BLT, ini beda sekali, karena itu perlu dikaji ulang, lakukan musyawarah khusus dan undang kembali stakeholders yang terlibat dalam kegiatan ini” tegas Kuntari kepada FK Polen, Luther Karamoy yang didampingi DMC dan PMC. Ditegaskan pula, DMC dan PMC juga harus dapat memberikan arahan kepada FK bagaimana seharusnya kriteria, persyaratan dan target beasiswa termasuk sangsi jika sipenerima beasiswa tidak rajin kesekolah.
Ditempat lain ketika menyaksikan pelaksanaan pekerjaan jalan sepanjang 3,5 KM di Kecamatan Oenino yang diswakelolakan, terbersit kesan cukup memuji meski pelaksanaan pekerjaan baru 60 %, terutama melihat antusias masyarakat dalam bekerja disamping manfaatnya terhadap pengguna jalan. “ Sekarang oto su bisa lewat bapa”, ujar seorang warga dengan bangganya kepada Yoyo dari PIU. Ditempat terpisah ketika Dodi (PMU) menanyakan kepada TPK soal adminsitrasi pembukuannya, terkesan sudah cukup baik hanya perlu pembenahan sedikit saja. “ Yang penting pembayaran HOK nya harus ada tandatangan penerima, kalau tidak bisa tandatangan, dengan cap jempol juga boleh” tegas Dodi kepada ketua TPK sambil mencoba menggigit sirih suguhan khas Timor.
Sekembalinya dari lapangan, TTL Bank Dunia sempat bertemu dengan Ketua Bappeda TTS Yan Tanaem dan berpesan agar kekurangan yang terjadi dilapangan terutama accountability agar diperbaiki segera.
Menjelang pulang sore hari ke Kupang, tim MTR sempat mampir di kantor DMC. Disela-sela minum black kopi, TTL Bank Dunia sempat mengingatkan agar administrasi kantor DMC dan filing tetap dijaga untuk bukti hasil pekerjaan. Beberapa pertanyaan sempat terlontar dari DMC terutama menyangkut soal bagaimana seharusnya sikap menghadapi Dinas terkait dalam rangka menjaga kualitas pekerjaan. “Disitulah peran anda sebagai konsultan, harus profesional dan harus mampu memverifikasi setiap usulan yang disampaikan, kalau itu (red-verifikasi) dijalankan dengan baik tentunya anda akan dihargai oleh Dinas” tandas bu Kuntari kepada Eko Pudjono (KM Infrastruktur), Andi A (KM Kesehatan) dan Benny (KM Pendidikan) sambil pamit lalu foto bersama.(jml)